Candi Pataan

 

Lamongan ternyata punya situs candi yang sangat diperhitungkan di tahun 1000-an. Situs itu adalah Candi Pataan yang ada di desa Pataan Sambeng. Hasil eskavasi yang kedua ini sedikit membuka keindahan struktur bangunan. Dari sisi barat yang sudah dibuka, kelihatan ada pintu masuk yang masih tertimbun reruntuhan. Menurut Mas Wicaksana dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan, situs ini kemungkinan besar adalah wihara yang merupakan tempat pendidikan bagi calon biksu. Calon biksu dari seluruh Jawa, bahkan dari Champa dan India datang ke tempat ini. Di tempat ini juga kemungkinan besar Raja Airlangga belajar agama. Cak Priyo, penemu candi ini, mengatakan bahwa Airlangga mungkin penganut Budha Syiwa.

 

Pada tahun 2010 Cak Priyo penasaran dengan Prasasti Pataan yang ada di Museum Nasional yang menyebutkan kalau prasasti itu dati Surabaya. Padahal Surabaya tidak punya desa yang bernama Patakan atau Pataan. Dari penelusurannya, ia menemukan cerita masyarakat bahwa ada candi di desa Pataan Sambeng. Penemuan itu dilaporkan ke BPCB Trowulan, namun baru tahun 2013 ada penggalian dan selang 6 tahun kemudian baru digali lagi seperti nampak dalam foto-foto di bawah.

 

Penggalian tahap ketiga harus segera dianggarkan agar segera terlihat struktur bangunan yang masih terpendam reruntuhan bangunannya sendiri. Masih perlu usaha besar untuk mengelupas sedimen yang memendam pelataran sekitar candi atau wihara ini. Diperkirakan masih butuh dana sekitar 500-an juta untuk menuntaskan eskavasi ini. Tapi belum pemugaran atau menyusunnya lagi. Saya pikir dana itu tidak besar karena hampir sama dengan membangun 2 ruang lab komputer. Dilihat dari manfaatnya, dana milyaran itu pun tidak apa-apa dikeluarkan. Masyarakat Lamongan, terutama para siswa harus memahami sejarah lokal. Tidak hanya di sejarah hari jadi Lamongan yang berkaitan dengan Kerajaan Giri yang sudah masuk di jaman kerajasn Islam, tetapi jauh kebelakang di awal abad ke-11 atau tahun 1000-an di jaman kerajaan Budha Syiwa.

 

Kedepan, Dinas Pendidikan Lamongan akan menyusun kurikulum sejarah dan budaya lokal bersama betbagai pihak terkait yang harus diterapkan mulai TK sampai PT yang ada di Lamongan. Sejarah dan budaya lokal ini akan membentuk identitas masyarakat Lamongan. Masak orang Lamongan hanya bangga dengan soto dan tahu campurnya? Setidaknya masyarakat Lamongan perlu berbangga hati karena pernah menjadi pusat peradaban pendidikan dan pusat kerajaan Airlangga. Lamongan sudah hebat di awal abad ke-11. Dilanjutkan sejarah lahirnya Patih Besar ( Mahapatih) Gajah Mada di Lamongan di Jaman Majapahit.

 

Jadi Lamongan boleh berbangga pernah punya raja besar yang ingin menyatukan Jawa di bawah kepemimpinan Prabu Airlangga dan berbangga pernah punya patih besar yang pernah menyatukan Asia Tenggara. Bangga punya Sunan Sendang Duwur, Sunan Drajat, dan Sunan Lamongan yang menjadi penyebar agama Islam di Jawa.